Dweller

Advertise

­ ­

Thursday, December 16, 2010

History of Dr Marten

DocMart Invasion: Dari London, menyeberang Eropa dan menduduki Dunia
Pada tahun 1960, sebuah perusahaan bernama Griggs Group membeli lisensi sepatu untuk dipasarkan di Inggris /UK. Perusahaan ini melakukan sedikit perbaikan dalam desainnya, membuat ciri khas berupa jahitan sol sepatu dengan benang warna kuning, dan melabeli sol dengan nama trade mark ‘Airwair’, lalu mulai memproduksi sepatu boot ini. Disinilah titik penting dalam sejarah sepatu sang dokter: Boot klasik Docmart-1490 untuk pertama kalinya menginjak pasar London.

Boot warna merah cherry yg desainnya nyaman dan praktis ini tenyata disukai oleh kalangan working class atau kelas pekerja. Banyak sekali buruh pabrik, tukang pos, bahkan petugas polisi memakainya saat bertugas. Image sebagai sepatu milik common-people pun terbentuk secara alami.

Dan sepertinya, image itulah yg kemudian merebut perhatian anak muda dari kalangan sub-kultur punk. Pada akhir tahun 60-an, sepatu sang dokter ini banyak digunakan oleh komunitas skinhead Inggris dan genk-genk di jalanan.... Mereka punya kebiasan aneh, yaitu menyemir boot merah Docmart dengan semir warna hitam sampai warnanya jadi merah gelap dan mengkilap seperti kelereng/ gundu.

Lalu pada tahun 70-an sepatu ini makin populer karena banyak artis Punk Rock, Ska, Psychobillies, Goths, Industrialis, hardcore, straight-edge, Glam, bahkan New Wave yg memakainya. Dengan bantuan musisi-musisi itu, long-march yg dilakukan Docmart dari kota London menyebar ke seluruh dataran Inggris dan Eropa, lalu ke menginvasi dunia.

Puncaknya di tahun 1900-an, sepatu Docmart berkembang menjadi trend yg menjangkiti semua orang, bukan hanya sub-kultur Punk saja. Ia menjadi industri besar. Alhasil, sebagian komunitas Skinhead sejati yg identik dengan spirit anti kemapanan dan anti kapitalisme mulai mempertanyakan brand sang dokter. Sebagian dari mereka mulai beralih ke merk pesaing Docmart, seperti Grinder, Ranger, Gripfast, dsb.

Tapi boot sang dokter terlanjur mencetak jejak solnya di wajah sejarah dunia. Docmart adalah sepatu yg menjadi legenda di dunia fashion anak muda. Ibaratnya ia seperti anthem yg pernah dinyanyikan oleh anak muda di seluruh dunia.. jauh sebelum era MTV, I-Tunes, Youtube dan Myspace.

Dibeberapa komunitas, sebut saja yang paling dominan memakai sepatu ini adalah Skinhead. Budaya yang diimpor dari Inggris Raya ini begitu memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan dunia pakaian yang saat itu sedang digandrungi begitu banyak sajian Hip-Metal, Ska, atau juga Grunge sebelum mengalami pergeseran menjadi Alternative Rock (istilah media). Dr.Marten memberikan identitas berbeda terhadap komunitas yang kebanyakan saat itu berpakaian hampir mirip. Para skinhead yang mempunyai idealisme lebih dalam cara berpakaian, khususnya dalam memperkenalkan Dr.Marten sebagai salah satu atribut wajib pakai komunitas. Idealisme itu pulalah yang memperkenalkan Dr.Marten kepada banyak anak muda yang lelah dalam pencarian jati diri, atau mungkin konsep diri?.


Sejarah.

Dr Klaus Marten adalah seorang dokter tentara Jerman di era perang dunia II. Pada tahun 1945, ia mengalami cedera kaki. Ia kemudian memodifikasi sepatu boot-nya dengan lapisan kulit dan bantalan udara yg empuk. Setelah perang berakhir, dengan bekal pengalaman ini, sang dokter mencoba menjual ide inovasinya. Ia mulai menjalankan sebuah perusahaan sepatu rumahan skala kecil di Jerman dengan bantuan seorang teman lamanya sewaktu kuliah.
 
Kembali menilik kepada sejarah perkembangan Dr.Marten sebelum merajai alas kaki sebagaian anak muda saat ini, yang mungkin sebagian juga tidak mengenal sejarah alas kaki yang digunakannya. Klaus Märtens, seorang dokter dalam pasukan tentara Jerman pada perang dunia ke II saat mengambil cuti dari pekerjaannya, ia mengalami cedera pada pergelangan kaki saat bermain ski di pegunungan Alpen. Ia mendapati bahwa sepatu tentara yang dipakainya untuk bermain ski tersebut sangatlah tidak nyaman untuk dipakai. Dari ketidaknyaman tersebut, saat pemulihan dari cedera yang dialaminya, Dr.Klaus Märtens merancang sepatu buatannya sendiri dengan menggunakan bahan kulit yang lembut, serta sol yang diisi udara. Saat perang berakhir, sebagian masyarakatnya banyak menjarah beberapa barang berharga dari kota-kotanya sendiri. Klaus Märtens pun tidak hanya diam, dia ikut menjarah kulit dari toko pembuat sepatu dikotanya. Dengan bermodalkan kulit hasil penjarahan tersebut pula Klaus Märtens memulai bisnis sepatunya. Awal menapaki bisnis sepatu berdesain baru ini tidak semulus yang ia bayangkan. Penjualannya tidak begitu tinggi dari toko yang ia dirikan. Sampai pada suatu kesempatan ia bertemu seorang teman lama, Dr Herbert Funck. Dr Herbert Funck tertarik dengan desain sepatu yang Klaus Märtens ciptakan, maka beredaran Dr.Marten yang telah didesain ulang menggunakan beberapa tambahan di Seeshaupt, Jerman tahun 1947, yang pada awalnya penjualannya di Jerman banyak dipakai oleh ibu-ibu rumah tangga berumur 40 tahun keatas. Pada tahun 1952, berbareng dengan penjualan sepatu yang laris di Seeshaupt, Marten dan Funck mendirikan pabrik di ibukota negara, Munich. Seiring pertumbuhan besar bisnis yang dijalaninya di Munich, Marten dan Funck melebarkan sayap bisnis keluar Jerman, hingga sampai di Inggris Raya, dimana sepatu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kelas industrinya. Adalah R. Griggs Group Ltd yang membeli hak paten dalam pembuatan sepatu yang diciptakan oleh Dr.Klaus Märtens tersebut untuk memproduksi sepatu di Inggris Raya. Griggs mendesain ulang lagi atas apa yang telah Klaus Märtens lakukan sebelumnya, dengan menambah jahitan benang kuning serta merek dagang Air Wair di telapak sol sepatu, desain yang sampai saat ini masih bertahan. Namun, saat itu belum menggunakan merek dagang Dr.Marten.

Ternyata perkembangan sepatu yang didesain oleh Klaus Märtens tersebut mengalami puncak kejayaannya di Inggris Raya. Karena industri kebudayaan di Inggris Raya lebih bercorak dibandingkan dengan Jerman, yang saat itu tengah berkecamuk perang politik antara blok Timur yang dikuasai Komunis Uni Soviet, serta blok Barat yang berisi sekutu-sekutu Liberal macam Inggris dan Amerika. Maka, di Inggris pulalah tercipta sepatu bermerek Dr.Marten pertama kalinya. Awalnya sepatu ini banyak dipergunakan oleh buruh-buruh pabrik, tukang pos, serta polisi. Hingga pada akhir koridor 1960-an, sebuah gerakan anak muda yang menamakan diri mereka Skinhead, lahir ditengah pertentangan kelas yang sangat dominan di negara industri pimpinan seorang Ratu tersebut. Gerakan ini pula yang mempopulerkan sepatu Dr. Marten sebagai perlawanan terhadap bentuk fashion yang saat itu sedang dikuasai oleh gaya parlente elegan dengan dasi serta jas di sebagian anak muda kelas pekerja, yang saat itu begitu memperlihatkan jurang yang sangat jauh antar perikehidupannya yang sebenarnya dengan pakaian yang mereka gunakan. Dengan semangat pembangkangan serta kuatnya arus budaya luar seperti Rude Boy yang di impor dari Jamaika, lahirlah identitas baru bagi pengguna sepatu Dr.Marten, yaitu konsep pembangkangan. Seiring besarnya perkembangan gerakan budaya di Inggris, Dr.Marten juga merambah hingga akhir tahun 1970, dimana Punk serta New Wave sedang dalam masa emasnya.


Identitas.

Dari sejarah yang menurut saya begitu berkelok-kelok diatas. Ada secuil pertanyaan tentang rasa dibalik menggunakan sepatu boots tersebut. Apakah sebagian orang memang merasa ada semangat pemberontakan seperti yang subkultur Skinhead rasakan pada masa itu atau mungkin saat ini, saat Skinhead memang telah menjadi sedikit bagian dari kehidupan anak muda Indonesia?. Atau bisa jadi, ada budaya panutan yang bekerja memanipulasi cara berpakaian kita sebagai ajang aktualisasi diri. Seperti halnys begitu banyak anak muda yang hanya meniru-niru (plagiat) panutannya yang bisa saja seorang vokalis sebuah band, atau juga seorang aktris yang mungkin tergila-gila dengan Sex Pistols?. Dua hal kecil itu dapat saja terjadi, ditengah arus kebudayaan yang tak hentinya masuk melalui media sebagai agennya, semakin banyak anak muda bereksperimen dengan segala bentuk aktualisasi diri, termasuk fashion. Tapi, adakah sebagian dari mereka dapat memaknai dengan lebih dalam tentang apa yang mereka gunakan bukan hanya sekedar produk dagang, tapi ada ide-ide yang dapat dijadikan pegangan untuk berperilaku, berpendapat, bergaya hidup, dan tentunya mengenal sejarahnya tersendiri.

Kembali ke subkultur, dari paragraf yang saya baca di wikipedia tentang subkultur
;
"Pada awal 1950, David Riesman membedakan antara mayoritas, yang diterima secara pasif komersial yang menyediakan gaya serta makna, dan 'subkultur' yang secara aktif mencari gaya minoritas. Dalam buku Dick Hebdige, mengatakan bahwa subkultur adalah subversi untuk normal. Dia menulis bahwa subkultur dapat dirasakan sebagai negatif karena sifat mereka kritik terhadap standar masyarakat yang dominan. Hebdige mengatakan bahwa subkultur mempertemukan individu-berpikiran yang merasa diabaikan oleh standar-standar sosial dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan identitasnya".

0 komentar:

Post a Comment

 
Powered by Blogger