Dweller

Advertise

­ ­

Tuesday, December 21, 2010

Hari Ibu Berbeda dengan Mother's Day


MAMA, SELAMAT HARI IBU.. LUV U!



      Koordinator Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPPA) Jawa Tengah, Agnes Widanti S, menilai bahwa peringatan Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan Mother’s Day di Eropa.

"Peringatan Hari Ibu di Indonesia berkaitan erat dengan perjuangan kaum perempuan sebagai ibu," katanya di Semarang, Selasa (21/12/2010), menanggapi Hari Ibu yang diperingati di Indonesia setiap 22 Desember.

Menurut dia, perjuangan kaum perempuan sebagai ibu sangat besar, termasuk dalam upaya penghapusan tindakan diskriminasi dan kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan di Indonesia.

Kalau di Eropa, Mother’s Day biasanya diperingati dengan memberi bunga kepada ibu, kemudian memberi libur kepada ibu terkait tugas rumah tangganya dalam satu hari itu.

"Tetapi di Indonesia berbeda, tidak cukup hanya dengan memberi bunga dan memberi libur satu hari. Lebih jauh, Hari Ibu perlu direfleksikan dengan nasib kaum perempuan selama ini," katanya.

Kaum perempuan di Indonesia selama ini masih menghadapi tindakan diskriminasi dan kekerasan, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat yang menganut pandangan patriarki.

"Selama ada dominasi atau kekuasaan kaum laki-laki sesuai pandangan patriarki tersebut, maka kemungkinan tindakan kekerasan yang dialami kaum perempuan bisa saja terjadi," katanya.

Berbagai persoalan yang dihadapi kaum perempuan, kata dia, sebenarnya sudah menjadi refleksi dalam Kongres Perempuan pada 1928 yang kemudian menyepakati 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Ia mencontohkan pandangan masyarakat yang menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga. Sementara itu, perempuan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terkesan diskriminatif.

"Akibatnya, keputusan yang akan diambil dalam keluarga harus menunggu bapak (suami). Padahal, kaum ibu memiliki sensitivitas lebih besar dalam permasalahan keluarga," katanya.

Terkait peringatan Hari Ibu, Agnes mengatakan, JPPA Jateng memilih tema "Anti-Kekerasan Dalam Bentuk Apapun Terhadap Perempuan dan Anak" dalam peringatan Hari Ibu 2010.

"Dalam peringatan tahun ini, kami gembira karena Pemerintah Provinsi Jateng memberikan dukungan dan mau menandatangani pernyataan bersama terkait tema peringatan tersebut," katanya.

Pernyataan bersama itu rencananya ditandatangani oleh berbagai unsur, seperti Pemprov Jateng, JPPA, Kepolisian Daerah Jateng, dan pelajar pada 23 Desember 2010.



SEJARAH
Hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Mother's day
Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.

Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

 sumber: kompas-wikipedia.

0 komentar:

Post a Comment

 
Powered by Blogger