Seorang anak diperiksa oleh dokter. (Foto: Getty Images)
"JANGAN kebanyakan minum manis! Nanti bisa kena diabetes lho!". Mungkin kita sering mendengar ucapan serupa. Tahukah moms, diabetes disinyalir sebagai penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia.
Bahkan WHO melaporkan, jumlah kematian akibat diabetes di seluruh dunia sebesar 3,2 juta orang per tahun. Artinya, setiap menit terdapat enam orang meninggal dunia akibat terinfeksi diabetes.
Nah, bulan ini tepatnya 14 November yang diperingati Hari Diabetes Sedunia, Mom&Kiddie menyajikan ulasannya agar moms, dads and kids terbebas dari penyakit berbahaya ini!
Kenali Jenis Diabetes
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
"Penderita wajib mendapat suntikan insulin setiap hari seumur hidupnya untuk mengatur metabolisme gula darah, sehingga dikenal dengan istilah insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM). Ditilik dari kondisinya, inilah jenis diabetes paling parah dan biasa ditemui pada individu yang terpapar sejak anak-anak atau remaja," buka dr Hikmat Permana, SpPD, K.E.M.D dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe ini paling sering ditemui dan dimulai saat seseorang memasuki usia dewasa. Penderita biasanya memiliki kelebihan berat badan, yang kerap dijadikan indikator bagi penderita diabetes.
"Diabetes jenis ini dapat menurun dari orangtua yang menderita jenis diabetes sama. Risiko terkenanya akan semakin tinggi jika individu tersebut memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan yang salah, proses penuaan hingga stres disinyalir dapat mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Bisa juga karena mal nutrisi semasa kehamilan, masa kanak-kanak dan berlanjut di masa dewasa individu tersebut," urai Hikmat.
3. Diabetes Gestasional (Kenaikan Kadar Gula Darah Saat Kehamilan)
"Penanganannya tetap mengutamakan diet diabetes, apabila kadar gula terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan," terang dr Dewi Ratih Hendarto Putri, SpOG, MSi Med dari Cinere Hospital, Depok. Patut diperhatikan bahwa diet bumil tidak sama dengan diet penderita diabetes pada umumnya.
"Jika pada pemeriksaan berat badan dan bayi ditemukan besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke-36 hingga 38 untuk mencegah komplikasi saat proes kelahiran. Biasanya setelah bayi lahir, kadar gula darah akan kembali normal, jika tidak maka perlu dilanjutkan dengan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu," terang Dewi.
Waspadalah, Diabetes Mengintai si Kecil!
Hati-Hati Gejala Mirip Diare!
Diabetes yang terjadi pada anak-anak dikenal sebagai juvenile diabetes, namun sering disebut diabetes tipe 1, yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan hormon insulin.
"Diabetes bisa muncul sejak usia dini, bahkan bayi sekalipun dan sangat berbahaya! Hanya saja saat masih bayi, meski kekurangan insulin biasanya tidak banyak sehingga tidak terlalu tampak meski kadar gulanya naik. Baru setelah anak semakin besar, terlihat kebutuhan insulinnya makin banyak. Apalagi jika orangtua tidak mampu menjaga berat badan anaknya sehingga terkena obesitas. Pada anak obesitas, kebutuhan insulin untuk metabolisme tubuh juga lebih banyak," jelas dr Sri H Andayani, dari RS Omni Hospital Pulo Mas.
Masih menurut Sri, tidak semua anak obesitas memiliki peluang terkena diabetes tipe 1, namun anak obesitas yang memiliki orangtua diabetes memiliki peluang yang besar untuk terkena penyakit yang sama.
"Seorang anak baru akan terdeteksi diabetes pada usia tujuh tahun ke atas. Ditandai gejala mirip dengan gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun (koma), dehidrasi berat, kejang-kejang. Bedanya, napas anak berbau asam (aseton). Kondisi itulah yang membuat banyak orangtua melihat gejala yang terjadi pada anaknya sebagai diare berat dan tidak jarang anak penderita diabetes dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma," ungkap Sri.
Hikmat menambahkan, "Gejala awal Diabetes Mellitus biasa disebut dengan '3 P' yakni Polifagi (banyak makan), Polidipsi (banyak minum) dan Poliuri (banyak kencing). Namun seringkali saat anak banyak makan dan banyak minum, orangtua menganggap wajar. Sering buang air kecil juga dianggap wajar, karena si anak minumnya banyak. Itu yang membuat orangtua kecolongan, setelah anak terinfeksi, baru menyadari bahwa hal tersebut merupakan salah satu gejala awal yang terlihat."
Si Kecil Mendadak Ngompol Lagi
Gejala lain yang harus diwaspadai adalah bila si kecil tiba-tiba kembali ngompol, setelah tiga hingga empat tahun berhenti. Jika hal itu terjadi patut dicurigai sebagai gejala diabetes tipe 1.
"Anak yang terindikasi menderita diabetes tipe 1 biasanya sering cepat merasa lapar dan haus, buang air kecilnya banyak dan berat badannya tidak kunjung mengalami peningkatan. Kalau orangtua telah melihat gejala yang demikian, maka lekaslah memeriksa kadar gula darah anak. Kadar gula darah yang normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal bagi orang dewasa yakni berkisar antara 100-140 mg/dl," beber Hikmat.
Perawatan Diabetes Tipe 1
Anak dengan diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin 2-4 kali sehari, karena tubuh sendiri tidak dapat menghasilkan insulin. Tentunya jumlah insulin bisa berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
"Anak dengan diabetes tipe 1 harus hati-hati mengontrol pola makannya dengan cara mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit tetapi lebih sering. Harus pula diselingi makanan kecil, sehingga tidak terlalu membebani kemampuan suplai insulin dalam membantu sel menyerap glukosa. Mereka juga perlu mengonsumsi gula kompleks yang dicerna tubuh secara lebih perlahan dan memperlambat kenaikan kadar gula darah," pesan Hikmat.
Walaupun sebagian besar penderita diabetes tipe 1 berusaha menurunkan kadar gula dalam darah, kadar gula yang terlalu rendah pun dapat menyebabkan masalah kesehatan. Contoh, jika seseorang dengan diabetes tipe 1 menyuntikkan terlalu banyak insulin, hal itu dapat menyebabkan kadar gula terlalu rendah dan bisa menimbulkan hipoglicemia.
"Hipoglicemia ditandai rasa lemas, gemetar, kebingungan dan kegundahan, mual dan muntah. Organ pertama yang terkena pengaruh ialah otak. Hipoglicemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak tetap. Penderita dapat menghilangkan gejala dengan mengonsumsi gula, seperti tablet glukosa, jus buah, atau permen," beber Hikmat.
Nah, diet dan olahraga merupakan metoda yang tepat untuk penderita diabetes tipe 1. "Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin lebih baik," imbuh Sri.
Menyusui Perkecil Risiko Terkena Diabetes!
Ada kabar baik bagi Moms yang menyusui! Berdasarkan penelitian, ibu menyusui kemungkinan terkena diabetes tipe 2 lebih rendah dibandingkan yang tidak menyusui. Hasil penelitian dipublikasikan American Journal of Medicine, Sabtu, 28 Agustus 2010.
Penelitian itu melibatkan 2.333 perempuan berusia 40-78 tahun. Dalam penelitian, seperempat ibu yang tidak menyusui mengembangkan diabetes tipe 2 dan kemungkinan mereka terinfeksi dua kali lebih besar daripada perempuan yang menyusui atau tidak pernah melahirkan.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah wanita yang menyusui selama satu bulan lamanya dapat menurunkan risiko terinfeksi diabetes tipe 2 sebesar 10 persen, dibandingkan dengan yang tidak pernah menyusui.
Bahkan WHO melaporkan, jumlah kematian akibat diabetes di seluruh dunia sebesar 3,2 juta orang per tahun. Artinya, setiap menit terdapat enam orang meninggal dunia akibat terinfeksi diabetes.
Nah, bulan ini tepatnya 14 November yang diperingati Hari Diabetes Sedunia, Mom&Kiddie menyajikan ulasannya agar moms, dads and kids terbebas dari penyakit berbahaya ini!
Kenali Jenis Diabetes
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
"Penderita wajib mendapat suntikan insulin setiap hari seumur hidupnya untuk mengatur metabolisme gula darah, sehingga dikenal dengan istilah insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM). Ditilik dari kondisinya, inilah jenis diabetes paling parah dan biasa ditemui pada individu yang terpapar sejak anak-anak atau remaja," buka dr Hikmat Permana, SpPD, K.E.M.D dari Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes tipe ini paling sering ditemui dan dimulai saat seseorang memasuki usia dewasa. Penderita biasanya memiliki kelebihan berat badan, yang kerap dijadikan indikator bagi penderita diabetes.
"Diabetes jenis ini dapat menurun dari orangtua yang menderita jenis diabetes sama. Risiko terkenanya akan semakin tinggi jika individu tersebut memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan yang salah, proses penuaan hingga stres disinyalir dapat mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Bisa juga karena mal nutrisi semasa kehamilan, masa kanak-kanak dan berlanjut di masa dewasa individu tersebut," urai Hikmat.
3. Diabetes Gestasional (Kenaikan Kadar Gula Darah Saat Kehamilan)
"Penanganannya tetap mengutamakan diet diabetes, apabila kadar gula terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan," terang dr Dewi Ratih Hendarto Putri, SpOG, MSi Med dari Cinere Hospital, Depok. Patut diperhatikan bahwa diet bumil tidak sama dengan diet penderita diabetes pada umumnya.
"Jika pada pemeriksaan berat badan dan bayi ditemukan besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke-36 hingga 38 untuk mencegah komplikasi saat proes kelahiran. Biasanya setelah bayi lahir, kadar gula darah akan kembali normal, jika tidak maka perlu dilanjutkan dengan pemberian antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu," terang Dewi.
Waspadalah, Diabetes Mengintai si Kecil!
Hati-Hati Gejala Mirip Diare!
Diabetes yang terjadi pada anak-anak dikenal sebagai juvenile diabetes, namun sering disebut diabetes tipe 1, yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan hormon insulin.
"Diabetes bisa muncul sejak usia dini, bahkan bayi sekalipun dan sangat berbahaya! Hanya saja saat masih bayi, meski kekurangan insulin biasanya tidak banyak sehingga tidak terlalu tampak meski kadar gulanya naik. Baru setelah anak semakin besar, terlihat kebutuhan insulinnya makin banyak. Apalagi jika orangtua tidak mampu menjaga berat badan anaknya sehingga terkena obesitas. Pada anak obesitas, kebutuhan insulin untuk metabolisme tubuh juga lebih banyak," jelas dr Sri H Andayani, dari RS Omni Hospital Pulo Mas.
Masih menurut Sri, tidak semua anak obesitas memiliki peluang terkena diabetes tipe 1, namun anak obesitas yang memiliki orangtua diabetes memiliki peluang yang besar untuk terkena penyakit yang sama.
"Seorang anak baru akan terdeteksi diabetes pada usia tujuh tahun ke atas. Ditandai gejala mirip dengan gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun (koma), dehidrasi berat, kejang-kejang. Bedanya, napas anak berbau asam (aseton). Kondisi itulah yang membuat banyak orangtua melihat gejala yang terjadi pada anaknya sebagai diare berat dan tidak jarang anak penderita diabetes dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma," ungkap Sri.
Hikmat menambahkan, "Gejala awal Diabetes Mellitus biasa disebut dengan '3 P' yakni Polifagi (banyak makan), Polidipsi (banyak minum) dan Poliuri (banyak kencing). Namun seringkali saat anak banyak makan dan banyak minum, orangtua menganggap wajar. Sering buang air kecil juga dianggap wajar, karena si anak minumnya banyak. Itu yang membuat orangtua kecolongan, setelah anak terinfeksi, baru menyadari bahwa hal tersebut merupakan salah satu gejala awal yang terlihat."
Si Kecil Mendadak Ngompol Lagi
Gejala lain yang harus diwaspadai adalah bila si kecil tiba-tiba kembali ngompol, setelah tiga hingga empat tahun berhenti. Jika hal itu terjadi patut dicurigai sebagai gejala diabetes tipe 1.
"Anak yang terindikasi menderita diabetes tipe 1 biasanya sering cepat merasa lapar dan haus, buang air kecilnya banyak dan berat badannya tidak kunjung mengalami peningkatan. Kalau orangtua telah melihat gejala yang demikian, maka lekaslah memeriksa kadar gula darah anak. Kadar gula darah yang normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal bagi orang dewasa yakni berkisar antara 100-140 mg/dl," beber Hikmat.
Perawatan Diabetes Tipe 1
Anak dengan diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin 2-4 kali sehari, karena tubuh sendiri tidak dapat menghasilkan insulin. Tentunya jumlah insulin bisa berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
"Anak dengan diabetes tipe 1 harus hati-hati mengontrol pola makannya dengan cara mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit tetapi lebih sering. Harus pula diselingi makanan kecil, sehingga tidak terlalu membebani kemampuan suplai insulin dalam membantu sel menyerap glukosa. Mereka juga perlu mengonsumsi gula kompleks yang dicerna tubuh secara lebih perlahan dan memperlambat kenaikan kadar gula darah," pesan Hikmat.
Walaupun sebagian besar penderita diabetes tipe 1 berusaha menurunkan kadar gula dalam darah, kadar gula yang terlalu rendah pun dapat menyebabkan masalah kesehatan. Contoh, jika seseorang dengan diabetes tipe 1 menyuntikkan terlalu banyak insulin, hal itu dapat menyebabkan kadar gula terlalu rendah dan bisa menimbulkan hipoglicemia.
"Hipoglicemia ditandai rasa lemas, gemetar, kebingungan dan kegundahan, mual dan muntah. Organ pertama yang terkena pengaruh ialah otak. Hipoglicemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak tetap. Penderita dapat menghilangkan gejala dengan mengonsumsi gula, seperti tablet glukosa, jus buah, atau permen," beber Hikmat.
Nah, diet dan olahraga merupakan metoda yang tepat untuk penderita diabetes tipe 1. "Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin lebih baik," imbuh Sri.
Menyusui Perkecil Risiko Terkena Diabetes!
Ada kabar baik bagi Moms yang menyusui! Berdasarkan penelitian, ibu menyusui kemungkinan terkena diabetes tipe 2 lebih rendah dibandingkan yang tidak menyusui. Hasil penelitian dipublikasikan American Journal of Medicine, Sabtu, 28 Agustus 2010.
Penelitian itu melibatkan 2.333 perempuan berusia 40-78 tahun. Dalam penelitian, seperempat ibu yang tidak menyusui mengembangkan diabetes tipe 2 dan kemungkinan mereka terinfeksi dua kali lebih besar daripada perempuan yang menyusui atau tidak pernah melahirkan.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah wanita yang menyusui selama satu bulan lamanya dapat menurunkan risiko terinfeksi diabetes tipe 2 sebesar 10 persen, dibandingkan dengan yang tidak pernah menyusui.
sumber: (Mom& Kiddie//nsa)
0 komentar:
Post a Comment